Sabtu, 01 Oktober 2016

Memotivasi Anak...???

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dengan “motif” dimaksud segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Bila seorang anak tidak berbuat seperti seharusnya, maka harus diselidiki apa sebabnya. Sebab itu bermacam-macam, seperti seorang anak yang tidak sanggup, sakit, lapar, benci kepada pekerjaan atau guru, tidak pandai belajar, sibuk dengan pekerjaan lain dan sebagainya.
Dengan motivasi dimaksudkan untuk menyediakan kondisi yang kondusif sehingga anak mau melakukan pembelajaran. Bila anak tidak suka, ia akan berusaha untuk menghindar. Sedangkan, anak yang memiliki inteligensi tinggi mungkin gagal dalam pelajaran, dikarenakan kekurangan motivasi. Hasil yang baik akan tercapai dengan motivasi yang kuat. Anak yang gagal tidak begitu saja dapat dipersalahkan. Mungkin gurulah yang tidak berhasil memberi motivasi yang dapat membangkitkan kegiatan anak.
Memberi motivasi bukan pekerjaan yang mudah. Motivasi yang berhasil bagi seorang anak, mungkin tidak berhasil bagi anak lain. Jadi, cara memotivasi anak itu berbeda-beda.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, bisa diambil rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Apa pengertian motivasi?
2.      Bagaimana cara memotivasi anak?

C.    Tujuan
Adapun tujuan secara umum, yaitu.
1.      Memudahkan orang tua dalam membujuk anak untuk belajar.
2.      Mempermudah guru dalam pembelajaran.
Sedangkan secara khusus, yaitu.
1.      Agar anak giat meningkatkan belajar.

 BAB II
PEMBAHASAN

       A.    Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan salah satu unsur terpenting pengajaran yang efektif, dan merupakan salah satu yang paling sulit diukur. Kesediaan siswa untuk belajar adalah produk dari banyak faktor, yang berkisar dari kepribadian dan kemampuan siswa, hingga karakteristik tugas pembelajaran tertentu, insentif untuk belajar, suasana, dan perilaku guru.
Beberapa siswa lebih termotivasi untuk bergaul atau pergi ke mal, daripada menyelesaikan pekerjaan sekolah. Jadi, guru sebagai pendidik sebenarnya adalah menemukan, mengobarkan, dan mempertahankan motivasi siswa untuk mempelajari pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan demi keberhasilan di sekolah maupun dalam kehidupan,  bukan untuk meningkatkan motivasi pada dirinya.
Pakar psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu (Murphy dan Alexander, 2000; Pintrich, 2003; Schunk, 2000; Stipek,2002). Secara sederhana, motivasi adalah sesuatu yang menyebabkan seseorang melangkah, membuat tetap melangkah, dan menentukan kemana akan melangkah.
Motivasi dapat berbeda-beda intensitas maupun arahnya (Ryan dan Deci, 2000). Namun, intensitas dan arah motivasi sering sulit dipisahkan. Intensitas motivasi telibat kedalam suatu kegiatan memungkinan. Namun, sebagian besar bergantung pada intensitas dan arah motivasi untuk terlibat kedalam kegiatan alternatif. Motivasi bukan hanya berperan penting dalam mengupayakan siswa terlibat ke dalam kegiatan akademis, tetapi juga dalam menentukan seberapa banyak akan dipelajari siswa dari kegiatan yang mereka lakukan, atau dari informasi yang dihadapkan pada mereka. Siswa yang termotivasi untuk mempelajari sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi untuk mempelajari, menyerap dan mengingat lebih banyak darinya (Driscoll,2005; Jetton dan Alexander, 2001; Pintrich, 2003). Dan mereka lebih mungkin memindahkan pembelajaran kesituasi yang baru (Pugh dan Bergin, 2006).

     B.     Cara meningkatkan motivasi anak untuk belajar
      Kadang-kadang suatu mata pelajaran dirasakan begitu menarik dan bermanfaat bagi anak. Sehingga, mereka bersedia menyelesaikan pekerjaan yang diperlukan untuk mempelajari bahan tersebut tanpa insentif selain tingkat ketertarikan akan bahan itu sendiri. Bagi anak ini, pelajaran favorit itu sendiri mempunyai nilai insentif intrinsik yang mencukupi untuk memotivasi mereka belajar. Siswa yang mempunyai “perspektif waktu masa depan” yang kuat (yaitu bersedia melakukan hal-hal hari ini, yang mungkin akan menguntungkan mereka dimasa depan) sering termotivasi untuk belajar, bahkan tanpa insentif langsung ( Husman dan Lens, 1999).  
Siswa menerima sekitar 900 jam pengajaran setiap tahun, dan daya tarik intrinsik sendiri tidak akan membuat mereka tetap bekerja dengan antusias setiap hari. Khususnya, motivasi intrinsik siswa umumnya menurun dari sekolah dasar tahun-tahun pertama hingga sekolah menengah atas (Gottfried dan Fleming, 2001; Sethi, Drake, Dialdin, dan Lepper, 1995). Karena alasan ini, sekolah menerapkan berbagai jenis insentif ekstrinsik. Melalui insentif ekstrinsik akan memudahkan guru memberi motivasi kepada anak didiknya. Dibawah ini dijelaskan beberapa cara guru memotivasi anak didiknya.
1.      Memberi angka
Memberikan angka sebagai satu simbol dari hasil aktifitas anak didik. Dalam memberi angka ini, semua anak didik mendapatkan hasil aktifitas yang  bervariasi. Pemberian angka kepada  anak didik diharapkan dapat memberikan dorongan atau motivasi, agar hasilnya dapat lebih ditingkatkan lagi. Dan angka itu harus benar-benar menggambarkan hasil belajar anak. Akan tetapi, adapula yang belajar untuk naik kelas saja. Namun, belajar semata-mata untuk mencapai angkat tidak akan memberi hasil-hasil belajar yang sejati, dan tidak mendorong seseorang untuk belajar sepanjang umur. 
2.      Memberi Hadiah
Maksudnya suatu pemberian, berupa kenang-kenangan kepada anak didik yang berprestasi. Hadiah ini dapat menambah atau meningkatkan semangat (motivasi) belajar siswa, karena akan diangap sebagai suatu penghargaan yang sangat berharga bagi siswa.
Hadiah memang dapat membangkitkan motivasi bila setiap orang mempunyai harapan untuk memperolehnya. Bagi pelajar, hadiah juga dapat merusak. Karena bisa menyimpangkan pikiran anak dari tujuan belajar yang sebenarnya.
3.      Saingan
Saingan sering digunakan sebagai alat untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi diindustri, perdagangan, sekolah, dan yang lainnya. Persaingan sering mempertinggi hasil belajar, baik persaingan individual maupun persaingan antar-kelompok.
4.      Sering Memberi Ulangan
Murid-murid lebih giat belajar, apabila tahu akan diadakan ulangan atau tes dalam waktu singkat. Akan tetapi, jika ulangan terlampau sering, misalnya setiap hari, maka pengeruhnya tidak berarti lagi. Ulangan dua minggu sekali lebih merangsang murid-murid untuk belajar dengan giat daripada ulangan tiap hari. Tentu saja harus diberitahukan terlebih dahulu akan diadakannya ulangan itu. Karena tes tiba-tiba dalam hal ini tidak berfaedah.
5.      Pujian  
Pujian sebagai akibat pekerjaan yang diselesaikan dengan baik, merupakan motivasi yang baik. Pujian yang tidak beralasan, serta terlampau sering diberikan akan hilang artinya. Dalam percobaan-percobaan ternyata pujian lebih bermanfaat daripada hukuman atau celaan. Guru hendaknya mencari hal-hal pada setiap anak yang dapat dipuji, seperti tulisan, ketelitian, tingkah laku dan sebagainya. Pujian memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi harga diri anak. 
6.      Teguran
Dipergunakan untuk memperbaiki anak yang membuat kesalahan, malas dan berkelakuan tidak baik. Namun, harus dipergunakan dengan hati-hati dan bijaksana, agar tidak merusak harga diri anak.
7.      Lingkungan Fisik Kelas
Lingkungan fisik kelas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Lingkungan kelas yang kondusif, nyaman, menyenangkan, dan bersih berperan penting dalam menunjang keefektifan belajar. Lingkungan  juga akan mempengaruhi mental siswa secara psikologis dalam menerima informasi dari guru di dalam kelas. Bahkan, menggunakan berbagai strategi dan metode tertentu, siswa dapat menerima stimulus dengan memanfaatkan lingkungan sekitar kelas untuk membantu mengejar prestasinya.
8.      Tujuan yang Diakui dan Diterima Baik oleh Murid
Motivasi selalu mempunyai tujuan. Kalau tujuan memiliki arti dan berharga bagi anak, ia akan berusaha untuk mencapainya. Guru harus berusaha, agat anak-anak mengetahui tujuan setiap pembelajaran dengan jelas. Tujuan yang menarik bagi anak, merupakan motivasi yang terbaik.

BAB III
PENUTUP

      A.    Simpulan

Dari beberapa cara motivasi yang telah diuraikan, kita mengetahui bahwa tipa-tiap cara memiliki kelemahan dan kekurangannya. Namun, jika kita hubungkan dengan manusia sebagai pribadi dalam kehidupannya sehari-hari, cara-cara motivasi yang telah dikemukakan ternyata memiliki hubungan yang komplementer yang berarti saling melengkapi satu sama lain. Oleh karena itu, didalam penerapannya tidak terpaku atau hanya cenderung kepada salah satu cara saja. Dan dapat mengambil manfaat dari beberapa cara sesuai dengan situasi dan kondisi anak pada saat melakukan tindakan memotivasi.

    B.     Saran

Cara memotivasi anak tidak selalu menggunakan satu metode saja. Namun, memotivasi anak dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi anak pada saat melakukan tindakan memotivasi.

DAFTAR PUSTAKA

Darmasyah. 2010. Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution, S. 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto, M. Ngalim. 1990. Psikologi Pendidilan. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar