BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dengan “motif” dimaksud
segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Bila seorang anak
tidak berbuat seperti seharusnya, maka harus diselidiki apa sebabnya. Sebab itu
bermacam-macam, seperti seorang anak yang tidak sanggup, sakit, lapar, benci
kepada pekerjaan atau guru, tidak pandai belajar, sibuk dengan pekerjaan lain
dan sebagainya.
Dengan motivasi
dimaksudkan untuk menyediakan kondisi yang kondusif sehingga anak mau melakukan
pembelajaran. Bila anak tidak suka, ia akan berusaha untuk menghindar.
Sedangkan, anak yang memiliki inteligensi
tinggi mungkin gagal dalam pelajaran, dikarenakan kekurangan motivasi.
Hasil yang baik akan tercapai dengan motivasi yang kuat. Anak yang gagal tidak
begitu saja dapat dipersalahkan. Mungkin gurulah yang tidak berhasil memberi
motivasi yang dapat membangkitkan kegiatan anak.
Memberi motivasi bukan
pekerjaan yang mudah. Motivasi yang berhasil bagi seorang anak, mungkin tidak
berhasil bagi anak lain. Jadi, cara memotivasi anak itu berbeda-beda.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, bisa diambil rumusan
masalah sebagai berikut.
1.
Apa pengertian
motivasi?
2.
Bagaimana cara
memotivasi anak?
C.
Tujuan
Adapun tujuan secara
umum, yaitu.
1.
Memudahkan orang
tua dalam membujuk anak untuk belajar.
2.
Mempermudah guru
dalam pembelajaran.
Sedangkan secara
khusus, yaitu.
1.
Agar anak giat
meningkatkan belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan salah
satu unsur terpenting pengajaran yang efektif, dan merupakan salah satu yang
paling sulit diukur. Kesediaan siswa untuk belajar adalah produk dari banyak
faktor, yang berkisar dari kepribadian dan kemampuan siswa, hingga
karakteristik tugas pembelajaran tertentu, insentif untuk belajar, suasana, dan
perilaku guru.
Beberapa siswa lebih
termotivasi untuk bergaul atau pergi ke mal, daripada menyelesaikan pekerjaan
sekolah. Jadi, guru sebagai pendidik sebenarnya adalah menemukan, mengobarkan,
dan mempertahankan motivasi siswa untuk mempelajari pengetahuan dan kemampuan
yang diperlukan demi keberhasilan di sekolah maupun dalam kehidupan, bukan untuk meningkatkan motivasi pada
dirinya.
Pakar psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses internal yang mengaktifkan, menuntun,
dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu (Murphy dan Alexander, 2000;
Pintrich, 2003; Schunk, 2000; Stipek,2002). Secara sederhana, motivasi adalah
sesuatu yang menyebabkan seseorang melangkah, membuat tetap melangkah, dan
menentukan kemana akan melangkah.
Motivasi dapat
berbeda-beda intensitas maupun arahnya (Ryan dan Deci, 2000). Namun, intensitas
dan arah motivasi sering sulit dipisahkan. Intensitas motivasi telibat kedalam
suatu kegiatan memungkinan. Namun, sebagian besar bergantung pada intensitas
dan arah motivasi untuk terlibat kedalam kegiatan alternatif. Motivasi bukan
hanya berperan penting dalam mengupayakan siswa terlibat ke dalam kegiatan
akademis, tetapi juga dalam menentukan seberapa banyak akan dipelajari siswa
dari kegiatan yang mereka lakukan, atau dari informasi yang dihadapkan pada
mereka. Siswa yang termotivasi untuk mempelajari sesuatu akan menggunakan
proses kognitif yang lebih tinggi untuk mempelajari, menyerap dan mengingat
lebih banyak darinya (Driscoll,2005; Jetton dan Alexander, 2001; Pintrich,
2003). Dan mereka lebih mungkin memindahkan pembelajaran kesituasi yang baru
(Pugh dan Bergin, 2006).
B.
Cara meningkatkan motivasi anak
untuk belajar
Kadang-kadang suatu mata pelajaran dirasakan begitu menarik dan
bermanfaat bagi anak. Sehingga, mereka bersedia menyelesaikan pekerjaan yang
diperlukan untuk mempelajari bahan tersebut tanpa insentif selain tingkat
ketertarikan akan bahan itu sendiri. Bagi anak ini, pelajaran favorit itu
sendiri mempunyai nilai insentif intrinsik yang mencukupi untuk memotivasi
mereka belajar. Siswa yang mempunyai “perspektif waktu masa depan” yang kuat
(yaitu bersedia melakukan hal-hal hari ini, yang mungkin akan menguntungkan
mereka dimasa depan) sering termotivasi untuk belajar, bahkan tanpa insentif
langsung ( Husman dan Lens, 1999).
Siswa menerima sekitar
900 jam pengajaran setiap tahun, dan daya tarik intrinsik sendiri tidak akan
membuat mereka tetap bekerja dengan antusias setiap hari. Khususnya, motivasi
intrinsik siswa umumnya menurun dari sekolah dasar tahun-tahun pertama hingga
sekolah menengah atas (Gottfried dan Fleming, 2001; Sethi, Drake, Dialdin, dan
Lepper, 1995). Karena alasan ini, sekolah menerapkan berbagai jenis insentif
ekstrinsik. Melalui insentif ekstrinsik akan memudahkan guru memberi motivasi
kepada anak didiknya. Dibawah ini dijelaskan beberapa cara guru memotivasi anak
didiknya.
1.
Memberi angka
Memberikan angka sebagai satu simbol dari hasil aktifitas anak didik.
Dalam memberi angka ini, semua anak didik mendapatkan hasil aktifitas
yang bervariasi. Pemberian angka kepada anak didik diharapkan dapat
memberikan dorongan atau motivasi, agar hasilnya dapat lebih ditingkatkan lagi.
Dan angka itu harus benar-benar menggambarkan hasil belajar anak. Akan tetapi,
adapula yang belajar untuk naik kelas saja. Namun, belajar semata-mata untuk
mencapai angkat tidak akan memberi hasil-hasil belajar yang sejati, dan tidak
mendorong seseorang untuk belajar sepanjang umur.
2.
Memberi Hadiah
Maksudnya suatu pemberian, berupa kenang-kenangan kepada anak didik yang
berprestasi. Hadiah ini dapat menambah atau meningkatkan semangat (motivasi)
belajar siswa, karena akan diangap sebagai suatu penghargaan yang sangat
berharga bagi siswa.
Hadiah memang dapat membangkitkan motivasi bila
setiap orang mempunyai harapan untuk memperolehnya. Bagi pelajar, hadiah juga
dapat merusak. Karena bisa menyimpangkan pikiran anak dari tujuan belajar yang
sebenarnya.
3.
Saingan
Saingan sering digunakan sebagai alat untuk mencapai prestasi yang lebih
tinggi diindustri, perdagangan, sekolah, dan yang lainnya. Persaingan sering
mempertinggi hasil belajar, baik persaingan individual maupun persaingan
antar-kelompok.
4.
Sering Memberi Ulangan
Murid-murid lebih giat belajar, apabila tahu akan diadakan ulangan atau
tes dalam waktu singkat. Akan tetapi, jika ulangan terlampau sering, misalnya
setiap hari, maka pengeruhnya tidak berarti lagi. Ulangan dua minggu sekali
lebih merangsang murid-murid untuk belajar dengan giat daripada ulangan tiap
hari. Tentu saja harus diberitahukan terlebih dahulu akan diadakannya ulangan
itu. Karena tes tiba-tiba dalam hal ini tidak berfaedah.
5.
Pujian
Pujian sebagai akibat pekerjaan yang diselesaikan dengan baik, merupakan
motivasi yang baik. Pujian yang tidak beralasan, serta terlampau sering
diberikan akan hilang artinya. Dalam percobaan-percobaan ternyata pujian lebih
bermanfaat daripada hukuman atau celaan. Guru hendaknya mencari hal-hal pada
setiap anak yang dapat dipuji, seperti tulisan, ketelitian, tingkah laku dan
sebagainya. Pujian memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi harga
diri anak.
6.
Teguran
Dipergunakan untuk
memperbaiki anak yang membuat kesalahan, malas dan berkelakuan tidak baik. Namun,
harus dipergunakan dengan hati-hati dan bijaksana, agar tidak merusak harga
diri anak.
7.
Lingkungan Fisik Kelas
Lingkungan fisik kelas
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Lingkungan kelas yang
kondusif, nyaman, menyenangkan, dan bersih berperan penting dalam menunjang
keefektifan belajar. Lingkungan juga
akan mempengaruhi mental siswa secara psikologis dalam menerima informasi dari
guru di dalam kelas. Bahkan, menggunakan berbagai strategi dan metode tertentu,
siswa dapat menerima stimulus dengan memanfaatkan lingkungan sekitar kelas
untuk membantu mengejar prestasinya.
8.
Tujuan yang Diakui dan Diterima Baik oleh Murid
Motivasi selalu
mempunyai tujuan. Kalau tujuan memiliki arti dan berharga bagi anak, ia akan
berusaha untuk mencapainya. Guru harus berusaha, agat anak-anak mengetahui
tujuan setiap pembelajaran dengan jelas. Tujuan yang menarik bagi anak,
merupakan motivasi yang terbaik.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari beberapa cara motivasi yang
telah diuraikan, kita mengetahui bahwa tipa-tiap cara memiliki kelemahan dan
kekurangannya. Namun, jika kita hubungkan dengan manusia sebagai pribadi dalam
kehidupannya sehari-hari, cara-cara motivasi yang telah dikemukakan ternyata
memiliki hubungan yang komplementer yang berarti saling melengkapi satu sama
lain. Oleh karena itu, didalam penerapannya tidak terpaku atau hanya cenderung
kepada salah satu cara saja. Dan dapat mengambil manfaat dari beberapa cara
sesuai dengan situasi dan kondisi anak pada saat melakukan tindakan memotivasi.
B.
Saran
Cara memotivasi
anak tidak selalu menggunakan satu metode saja. Namun, memotivasi anak dapat
dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi anak pada saat
melakukan tindakan memotivasi.
DAFTAR PUSTAKA
Darmasyah.
2010. Strategi Pembelajaran Menyenangkan
Dengan Humor. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution,
S. 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto,
M. Ngalim. 1990. Psikologi Pendidilan.
Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
http://ari_sang_pengelana.guru-indonesia.net/artikel_detail-23408.html. 18 oktober
2012 pukul 11:10:23 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar