BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jin
menurut bahasa (Arab) berasal dari kata ijtinan, secara harfiah berarti sesuatu
yang berkonotasi “tersembunyi” atau “tidak terlihat”. Dalam Islam dan mitologi
Arab pra-Islam, jin adalah salah satu ras mahluk yang tidak terlihat dan
diciptakan dari api. Makhluk ciptaan Allah dapat dibedakan antara yang bernyawa
dan tak bernyawa, di antara yang bernyawa adalah jin. Jadi jin menurut bahasa
berarti sesuatu yang tersembunyi dan halus, sedangkan syetan ialah setiap yang
durhaka dari golongan jin, manusia atau hewan.
Dinamakan
jin, karena ia tersembunyi wujudnya dari pandangan mata manusia. Itulah
sebabnya jin dalam wujud aslinya tidak dapat dilihat mata manusia. Kalau ada
manusia yang dapat melihat jin, maka jin yang dilihatnya itu adalah jin yang
sedang menjelma dalam wujud makhluk yang dapat dilihat mata manusia biasa.
Tentang asal kejadian jin, Allah menjelaskan, kalau manusia pertama diciptakan
dari tanah, maka jin diciptakan dari api yang sangat panas.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan jin?
2. Bagaimana proses terciptanya jin?
3. Bagaimana cara hidup jin?
4. Mengapa jin diciptakan?
5. Apa perbedaan dan persamaan jin dengan manusia
sebagai makhluk Allah?
6. Bagaimana cara manusia berinteraksi dengan jin?
7. Bagaimana sikap manusia dalam menyikapi adanya jin?
C.
Tujuan
Tujuan
dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi jin.
2.
Untuk mengetahui Asal Mula Penciptaan Jin.
3.
Untuk mengetahui Kehidupan Jin.
4.
Untuk mengetahui tujuan jin diciptakan.
5.
Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan jin
dengan manusia sebagai makhluk Allah.
6.
Untuk mengetahui Interaksi Antara Manusia dan
Jin.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Jin
Jin
adalah makhluk yang tidak tampak namun bereksistensi dalam ruang dan waktu. Jin
tidak hanya konsep abstrak seperti matematika. Namun ia diyakini benar-benar
ada.
“Dan
kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS
Al-Hijr 15:27).
Menurut Ibnu Aqil
sebagaimana dikutip asy-Syibli dalam bukunya Akam al-Marjan fi Ahkam al-Jann,
mengatakan bahwa makhluk ini dapat dibedakan antara yang bernyawa
dan tak bernyawa. Di antara yang bernyawa adalah jin. Kata jin menurut bahasa
(Arab) berasal dari kata ijtinan, yang berarti istitar (tersembunyi). Jadi jin
menurut bahasa berarti sesuatu yang tersembunyi dan halus.
Dinamakan jin,
karena wujudnya
tersembunyi dari pandangan mata manusia. Itulah sebabnya jin dalam wujud
aslinya tidak dapat dilihat mata manusia. Kalau ada manusia yang dapat melihat
jin, maka jin yang dilihatnya itu adalah jin yang sedang menjelma dalam wujud
makhluk yang dapat dilihat mata manusia biasa.
Dalam
sebuah hadist dari Abu Tha'labah yang berbunyi : "Jin itu ada tiga
jenis yaitu : Jenis yang mempunyai sayap dan terbang di udara, Jenis ular dan
kalajengking dan Jenis yang menetap dan berpindah-pindah."
Dalam
Alquran terdapat banyak ayat yang menceritakan tentang Jin. Diantaranya:
1.
Surah Al-Hijr ayat 26 – 27:
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat yang kering kerontang yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk dan Kami telah ciptakan Jin sebelum di ciptakan manusia dari api yang sangat panas.”
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari tanah liat yang kering kerontang yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk dan Kami telah ciptakan Jin sebelum di ciptakan manusia dari api yang sangat panas.”
2.
Surah Ar-Rahman ayat 15:
Artinya: “Dia (Allah) menciptakan Jann (Jin) dari nyala api (Pucuk api yang menyala-nyala atau Maarij)”
Artinya: “Dia (Allah) menciptakan Jann (Jin) dari nyala api (Pucuk api yang menyala-nyala atau Maarij)”
3.
Surah
Al-’Araf ayat 12:
Artinya: “Engkau ciptakan aku (kata Iblis) dari api sedangkan ciptakan dia (Adam) dari tanah.”
Artinya: “Engkau ciptakan aku (kata Iblis) dari api sedangkan ciptakan dia (Adam) dari tanah.”
4.
Dari
Hadis Nabi saw yang telah diriwayatkan oleh Muslim ra:
“Malaikat diciptakan dari cahaya, Jaan diciptakan dari lidah api sedangkan Adam diciptakan dari sesuatu yang telah disebutkan kepada kamu (tanah).”
“Malaikat diciptakan dari cahaya, Jaan diciptakan dari lidah api sedangkan Adam diciptakan dari sesuatu yang telah disebutkan kepada kamu (tanah).”
5.
Al-A’raf Ayat 72:
“Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.”
“Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.”
B.
Proses Terciptanya Jin
Seperti yang telah tertuang dalam
al-quran seperti yang ada di bawah ini :
وَخَلَقَالْجَانَّمِنمَّارِجٍمِّن نَّارٍ
Dan
Dia menciptakan jin dari nyala api. (QS. 55:15)
|
قَالَمَامَنَعَكَأَلاَّتَسْجُدَإِذْ أَمَرْتُكَقَالَأَنَاْخَيْرٌمِّنْهُ
خَلَقْتَنِيمِن نَّارٍوَخَلَقْتَهُمِن طِينٍ
Allah
berfirman:` Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu
Aku menyuruhmu? `Menjawab iblis:` Saya lebih baik daripadanya: Engkau
ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah `.(QS. 7:12)
|
وَالْجَآنَّخَلَقْنَاهُمِن قَبْلُمِن نَّارِالسَّمُومِ
Dan
Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (QS. 15:27)
|
Iblis
berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api,
sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS. 38:76)
Dari ayat yang telah disebutkan tadi bisa di
ambil kesimpulan bahwa Allah S.W.T. menciptakan jin sebelum menciptakan
manusia, dengan selisih waktu yang lama bila dibandingkan pada manusia maupun
jin itu sendiri.
Jin
diciptakan 2000 tahun sebelum penciptaan adam. Jin diciptakan dari nyala api
yang sangat membara dan panas. Mereka dulu adalah penghuni surga yang juga
beriman kepada tuhannya. Namun karena mereka telah ingkar pada tuhan dan tidak
mau bersujud dengan keberadaan adam, maka Allah SWT. Mengutus para Malaikat-malaikatnya
untuk mengusirnya dari surga ke bumi dan menyingkir ke beberapa pulau di tengah
lautan.
Sebelum jin
(iblis) keluar dari surga, mereka mempunyai permintaan pada Tuhannya. Mereka
berkata, “Aku berharap dapat melihat namun tak terlihat, kami dapat menghilang
dan hidup selamanya hingga akhir kiamat tiba, Aku akan mengajak para Umatmu
untuk menemaniku di neraka serta mempengaruhi mereka untuk saling bermusuhan
dan saling menumpahkan darah. Maka harapannya itu dikabulkan dan mereka
dibiarkan membara dan berbuat jahat. Namun Allah SWT. telah mengutuk
mereka dan menjadikan mereka kelak menjadi penghuni neraka.
Jadi,
sama seperti halnya dengan manusia juga diciptakan dari unsur-unsur yang
bermacam-macam, begitu pula dengan jin, diciptakan dari bermacam-macam kobaran
api yang bercampur menjadi satu.
Maarij
yaitu nyala api yang sangat besar dan sangat panas atau “Al-Lahab” yaitu lidah
api yang bercampur menjadi satu yaitu merah, hitam, kuning dan biru. Beberapa
ulama juga mengatakan bahwa “Al-Maarij” itu adalah api yang sangat terang yang
memiliki suhu yang sangat tinggi sehingga bercampur antara merah, hitam, kuning
dan biru.
Beberapa
pendapat mengatakan Al-Maarij itu ialah api yang bercampur warnanya dan sama
artinya dengan “As-Samuun” yaitu api yang tidak berasap tetapi suhu panasnya
sangat tinggi. Angin Samuun yang telah tercampur dengan Al-Maarij itulah yang
dijadikan Allah untuk menciptakan Jaan atau Jin.
Menurut
suatu Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud juga menyatakan bahwa angin
Samuun yang dijadikan Jaan itu hanyalah satu bagian dari tujuh puluh bagian
angin Samuun yang sangat panas.
Dari
api yang sangat panas inilah Allah telah menciptakan Jin, yaitu dari sel atau
atom atau dari nukleas-nukleas api. Kemudian Allah masukkan roh atau nyawa
padanya, maka jadilah ia hidup seperti yang diinginkan oleh Allah. Jin juga di
beri izin oleh Allah Merubah diri kebentuk yang disukai dan dikehendakinya
kecuali bentuk rupa Rasulullah SAW.
Jin
juga diperintahkan oleh Allah menerima syariat Islam sebagaimana yang
diperintahkan oleh Allah kepada manusia. Bentuk asal Jin setelah diciptakan dan
ditiupkan roh itu hanya Allah dan Rasulnya saja yang mengetahuinya. Menurut
beberapa ulama rupa, tabiat, kelakuan dan perangai Jin adalah 90 persen mirip
ke manusia.
Asal
kejadian manusia adalah campuran dari Massa Kathif yaitu tanah dan air, Massa
Syafaf yaitu campuran api dan angin dan Nurani, yaitu roh, akal, nafsu dan hati
yang dinamakan “Latifatur-Rabbaniah” sesuai dengan manusia sebagai sebaik-baik
kejadian yang diciptakan Allah dan sebagai Khalifah Allah di muka bumi ini.
Sedangkan kejadian Jin pula ialah campuran Massa Syafaf yaitu campuran api dan
angin dan Nurani iaitu roh, akal, nafsu dan hati yang sesuai dan cocok dengan
kejadian Jin.
Sedangkan
mahkluk-makluk lain pula Allah jadikan dari salah satu unsur tersebut,
misalnya, binatang yang dijadikan dari campuran Massa Ksayif dan Massa Syafaf
saja. Batu dan tumbuh-tumbuhan pula dijadikan dari Massa Kasyif semata-mata.
Sedangkan Malaikat pula dijadikan dari Nurani semata-mata.
C.
Cara Hidup Jin
Dan
sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada
(pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang
berbeda-beda. (QS. 72:11)
Jin
adalah makhluk yang sangat banyak sekali penduduknya, boleh dikatakan sama
bilangan penduduk bumi sebanyak 5 bilion. Jarang ada suatu tempat di bumi ini
yang tidak diduduki oleh jin, baik di daratan, lautan maupun udara. Dunia
mereka seperti dunia kita : Ada negara, kerajaan, berbagai bangsa & kabilah
(suku bangsa),
penguasa dan rakyat jelata. Agama mereka pun tidak berbeda dengan agama
manusia. Diantara mereka, alhamdulillah, ada yang Muslim dan memperoleh
hidayah dari Allah S.W.T. yang lain beragama Masehi, Hindu, Buddha, penyembah
berhala dan penganut ajaran komunis.
1. Makanan Jin
Jin itu
banyak jenisnya Jin yang murni berupa angin yang tidak makan, tidak minum,
tidak mati dan tidak beranak pinak. Jenis lain ada yang makan, minum, mati dan
saling menikah, jenis inilah yang disebut Hantu dan yang serupa dengannya.
Nabi
shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”janganlah kalian beristinja dengan
kotoran hewan dan tulang hewan karena itu merupakan makanan saudara kalian dari
jenis jin”.
Makanan para Jin adalah kotoran hewan dan tulang hewan, setiap
kali mereka menemukan tulang maka mereka mendapatkan daging dan setiap kali
mereka menemukan kotoran hewan maka mereka mendapatkan korma.
Pada saat itu munculah pertanyaan tentang bagaimana cara jin
makan tulang padahal setelah dilempar ke tong sampah, ia sama sekali tidak berubah?
Maka ada yang berpendapat para Jin memakannya dengan cara mencicipi atau
menghisap baunya, maka diperintahkan bagi seluruh umat manusia saat
hendak menyantap makanan agar menyebut nama Allah, karena penyebutan nama Allah
mampu mengusir syaitan agar tidak ikut mencicipi makanan manusia.
2. Tempat Tinggal Jin
Makhluk jin lebih
mengutamakan untuk tinggal di tempat-tempat yang sunyi dan sepi dari manusia seperti di padang
pasir. Namun, biasanya jin berada di
tempat kotor seperti tempat sampah, tanah becek dan kamar mandi. Oleh karena
itu sholat tidak diperbolehkan di kamar mandi atau kakus, kandang unta dan lain
sebagainya. Karena semua itu
merupakan tempat si syaitan.
Rasulullah shallallahu
alaihi wa shallam bersabda, “sesungguhnya tanah becek ini biasanya didatangi
Jin. Jika salah seorang diantara kalian memasuki kamar mandi hendaklah
mengucapkan, “ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari Syaitan laki-laki dan
Syaitan perempuan”. Jika orang
yang masuk ke kamar mandi atau kakus mengucapkan do’a itu, maka syaitan tidak
dapat melihat auratnya.”
Ada juga yang tinggal bersama manusia yaitu di dalam
rumah. Abu Bakar bin Ubaid meriwayatkan: "Pada setiap rumah kaum muslimin
ada jin Islam yang tinggal di atapnya, setiap kali makanan diletakkan, maka
mereka turun dan makan bersama penghuni rumah."
Jin juga sangat suka tinggal di lubang-lubang. Oleh
kerana itu dalam sebuah hadis dijelaskan yang maksudnya: "Janganlah
kamu kencing dilubang."
(HR. An-Nas'i)
(HR. An-Nas'i)
3. Cara Reproduksi Jin
Jika
nenek moyang manusia adalah Nabi Adam, maka nenek moyang Jin juga ialah “Jaan”
yang asalnya adalah beriman kepada Allah dan melahirkan keturunan yang beriman.
Setelah itu terdapat juga keturunan Jaan yang kufur dan melahirkan keturunan
yang kufur. Anak cucu Jaan yang asalnya beriman itu ada yang kuat imannya, ada
pula yang kufur dan ada juga yang beriman kembali kepada Allah.
Manusia membutuhkan waktu mengandung selama
sembilan bulan untuk melahirkan dan anak manusia juga membutuhkan waktu yang
lama untuk matang dan menjadi baligh.
Berbeda dengan Jin dimana bila di sentuhkan alat
kelamin lelaki dengan alat kelamin perempuan, maka Jin perempuan akan
mengandung dan melahirkan, anak Jin yang baru lahir itu terus mukallaf.
Begitulah keadaannya sampai ke hari kiamat.
Iblis pula apabila disentuhkan paha kanan dengan
paha kiri akan mengeluarkan 33 biji telur. Dalam setiap biji telur itu ada 33
pasang benih. Setiap pasang benih itu apabila menyentuh paha kanan dengan paha
kiri akan keluar seperti yang terdahulu. Begitulah proses reproduksi Jin dan
Iblis sampai pada hari kiamat.
4. Cara Jin Tidur
Dan Nabi Muhammad SAW melarang kita
tidur menyerupai syetan. Syetan tidur di atas perutnya (tengkurap) dan
bertelanjang. Manusia yang tidur dalam keadaan bertelanjang menarik perhatian
syetan untuk mempermainkan auratnya dan menyebabkan timbulnya penyakit. Na’uzu
billah min zaalik!
5. Bentuk Jin
Pada dasarnya bentuk
rupa Jin tidak banyak berbeda dari bentuk rupa manusia, yaitu mereka memiliki
jenis kelamin, memiliki hidung mata, tangan, kaki, telinga dan sebagainya,
sebagaimana yang di miliki oleh manusia. Pada dasarnya 80 hingga 90 persen Jin
menyerupai manusia.
Hanya perbedaan fisik Jin adalah lebih kecil dan
halus dari manusia. Bentuk tubuh mereka itu ada yang pendek, ada yang tinggi
dan bermacam-macam warnanya, yaitu putih, merah, biru, hitam dan sebagainya.
Jin kafir dan Jin Islam yang fasik itu memiliki rupa yang buruk dan menakutkan.
Sedangkan Jin Islam yang saleh memiliki paras yang elok.
Menurut beberapa pendapat, tinggi Jin yang
sebenarnya adalah sekitar tiga hasta saja. Pengetahuan mereka lebih luas dan
berumur sangat panjang sampai beribu-ribu tahun umurnya. Kecepatan Jin bergerak
melebihi kecepatan cahaya dalam suatu waktu. Karena Jin terdiri dari mahkluk
yang seni dan tersembunyi, tidak zahir seperti manusia dan tidak sepenuhnya
ghaib seperti Malaikat, maka ruang yang kecil pun bisa di duduki oleh jutaan
Jin dan juga dapat merasuki dan menghuni tubuh manusia.
Jumlah Jin terlalu banyak sehingga menurut
beberapa pendapat mengatakan bahwa jika jumlah semua manusia dari Nabi Adam
sampai hari kiamat dikalikan dengan hewan-hewan, dikalikan dengan batu-batu,
dikalikan dengan pasir-pasir dan semua tumbuh-tumbuhan. Itu pun hanya
sepersepuluh dari total Jin.
Sedangkan total Jin adalah sepersepuluh dari
total Malaikat. Total Malaikat hanya Allah dan Rasulnya saja yang
mengetahuinya.
Alam tempat berdiamnya Jin adalah di lautan,
daratan, di udara dan di Alam Mithal yaitu suatu alam yang terletak diantara
alam manusia dan alam malaikat. Jika kita diberikan oleh Allah kemampuan untuk
melihat Jin, sudah tentu kita akan melihat jarum yang jatuh dari atas tidak
akan jatuh ke bumi, tetapi jatuh dibelakang Jin, karena sangat banyaknya jumlah
mereka.
Oleh sebab itu orang tua kita selalu berpesan
agar anak-anaknya segera kembali ke rumah apabila tiba waktu maghrib dan pintu
serta jendela rumah harus di tutup, agar tidak dimasuki oleh setan dan Iblis.
Sebagaimana sebuah hadist yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dari Rasulullah:
“Bila kamu menghadapi malam atau kamu telah berada di sebagian malam maka tahanlah anak-anakmu karena sesungguhnya setan berkeliaran ketika itu dan apabila berlalu sesuatu ketika malam maka tahanlah mereka dan tutuplah pintu-pintu rumahmu serta sebutlah nama Allah, padamkan lampu-lampu mu serta sebutlah nama Allah, ikatlah minuman mu serta sebutlah nama Allah dan tutuplah sisa makanan mu serta sebutlah nama Allah (ketika menutupnya) “
“Bila kamu menghadapi malam atau kamu telah berada di sebagian malam maka tahanlah anak-anakmu karena sesungguhnya setan berkeliaran ketika itu dan apabila berlalu sesuatu ketika malam maka tahanlah mereka dan tutuplah pintu-pintu rumahmu serta sebutlah nama Allah, padamkan lampu-lampu mu serta sebutlah nama Allah, ikatlah minuman mu serta sebutlah nama Allah dan tutuplah sisa makanan mu serta sebutlah nama Allah (ketika menutupnya) “
Hadist di atas berarti bahwa Jin dan setan tidur
di waktu siang dan menjelang petang mereka keluar untuk mencari rezeki dan
makanan, baik laki-laki maupun perempuan, baik yang dewasa atau anak-anak.
6.
Jenis
Jin
a. Al-Jan
a. Al-Jan
Jenis yang pertama ini adalah pengertian jin
secara umum, yaitu jenis jin yang berpotensi seperti layaknya manusia. Jin ada
yang laki-laki dan adapula yang perempuan, ada jin yang muslim dan adapula yang
non muslim, jin juga membutuhkan makan, minum, tidur, bersenggama dan
sebagainya. Walhasil jin pada kategori JAN tidak banyak berbeda dengan manusia
pada kategori al-insan.
b.
Al-A’mir
Biasanya disuatu tempat, dikamar mandi, dirumah
atau dimanapun ada suara atau bunyian yang menirukan perbuatan manusia. Seperti
halnya ada suara orang wudhu atau orang mandi, padahal dikamar mandi tersebut
tidak ada siapa-siapa. Hal ini boleh jadi adalah perbuatan jin pada kategori
AL-A’MIR. Maka biasanya orang menyebutnya sebagai setan tek-tek. Karena memang
jenis jin ini suka menirukan perbuatan atau kebiasaan manusia, dengan maksud
menakut-nakuti.
c.
Al-A’mir
Terkadang mengikuti orang yang sedang membaca,
bernyanyi dan sebagainya atau mengikuti orang yang sedang shalat dibelakangnya.
Meskipun demikian kita tidak usah takut, karena bisa saja dia tidak jahat,
hanya karena ingin menjadi mak’mum atau ingin belajar membaca atau menyanyi.
d.
AL-Ifrit
Ifrit adalah jenis jin yang berpotensi sebagai
pembantu ataupun khodam bagi manusia. Dalam hal ini ada ifrit yang muslim dan
baik, yang tentunya bisa menjadi khodam pada manusia yang muslim dan baik pula.
Adapula ifrit yang berprilaku jahat dan kafir yang dimanfaatkan oleh para
tukang sihir dan dukun, seperti ifrit-ifrit yang bekerjasama dengan pesihir
terkemuka luar negeri seperti “David Caverfil”.
e.
Al-Arwah
Jenis jin yang keempat inilah yang sering dan
biasa menggoda manusia, terkadang al-arwah menjelma dirinya sebagai orang tua
kita yang telah meninggal atau sebagai dedemit dan sebagainya. Sehingga dapat
mengelabuhi sebagian masyarakat kita dan menakut-nakuti mereka yang
mempercayainya. Sebenarnya jenis jin al-arwah ini termasuk golongan jin yang
sangat kuat dan sangat nakal. Disebutkan paling kuat karena mereka dapat
menjelma dirinya menjadi apa saja dengan mengerahkan kekuatan ilmu yang
dimilikinya dan disebut nakal karena sering menggoda dan menakut-nakuti
manusia. Jika diibaratkan manusia, maka jenis jin dari golongan Al-arwah
semacam preman yang suka usil terhadap masyarakat setempat dan terutama kepada
perempuan sendirian dijalanan.
f.
As-Syaiton
Berbeda dengan al-arwah, as-syaiton adalah jenis
jin yang selalu menggoda manusia dari segi keimanan, kerohanian dan kejiwaan.
As-syaiton sangat berbahaya dibandingkan jenis jin lainya, karena
as-syaiton merasuk kedalam hati manusia untuk membisikan kekafiran, keingkaran
dan kejahatan. Dalam surat an-naas dijelaskan bahwa bukan hanya jin jahat dan
ingkar yang termasuk dalam golongan as-syaiton, manusia yang yang berprilaku
dzalim dan lalai termasuk dalam kategori ini. Mengenai hal ini ada sebagaian
ulama yang berpendapat bahwa setan adalah sebuah sifat jahat dari manusia dan
jin. Jadi kesimpulanya adalah setan bukan berupa wujud atau benda, melainkan
sebuah sifat atau perbuatan.
7.
Kelompok
Jin
Jin juga seperti manusia yang ingin melanjutkan
keturunan dan hidup berkelompok-kelompok, suku dan kelompok Jin sangat banyak
dan berbicara dalam berbagai dialek dan bahasa. Ada beberapa ulama membagi Jin
ke beberapa kelompok, diantara adalah kelompok yang menunggu kubur, kelompok
yang menunggu gua, kelompok yang menunggu mayat manusia, kelompok yang menunggu
hutan, kelompok yang menunggu bukit tinggi, kelompok yang menunggu air mata
air, grup yang menunggu danau, kolam, teluk, kuala, pulau dan sebagainya.
8. Jin, Ifrit, Setan dan Iblis
Jin, Ifrit, setan dan Iblis adalah merupakan
bagian dari golongan Jin, hanya saja tugas dan fungsi mereka yang berbeda.
a.
Jin
Jin sebagaimana yang telah dijelaskan di atas
adalah sejenis mahkluk Allah yang tersembunyi dan tidak terlihat oleh manusia.
Pengetahuan mereka lebih luas dan sangat panjang usianya.
b.
Ifrit
Ifrit adalah golongan Jin yang sangat kuat dan
pandai menipu serta sangat busuk hati terhadap manusia. Golongan ini sangat
sombong dan durhaka kepada Allah.
c.
Setan
dan Iblis
Iblis dan setan juga terdiri dari golongan Jin
dan mereka adalah kaum Jin yang sangat sombong lagi durhaka, pengacau dan
menjadi musuh utama manusia dan mendapat kutukan Allah hingga hari kiamat.
Sebagaimana Firman Allah:
“Iblis menjawab: Sebab engkau telah menghukum
saya dengan tersesat, saya akan mencegah halangi mereka dari jalan Mu yang
lurus. Kemudian saya akan mendatangani mereka dari depan dan dari belakang
mereka, dari kanan dan kiri mereka. Engkau tak akan menemukan kebanyakan dari
mereka bersyukur (taat).”
Beberapa ulama berpendapat bahwa Azazil itu
bukanlah nenek moyang Jin, sebenarnya ia adalah Jin yang paling abid dan alim
di kalangan Jin yang diangkat menjadi ketua ahli-ahli ibadah kepada Jin dan
Malaikat. Dia menjadi angkuh dan diri di atas keilmuan, ketakwaan dan banyak
beribadat serta asal usul kejadiannya dibandingkan dengan manusia (Adam). Maka
dengan sifatnya yang sombong itu Allah telah melaknatnya menjadi kafir dengan
nama Iblis.
Mulai dari saat itulah Iblis melancarkan gerakan permusuhan dengan manusia sampai hari kiamat.
Mulai dari saat itulah Iblis melancarkan gerakan permusuhan dengan manusia sampai hari kiamat.
Allah telah menjelaskan bahwa ada tiga jenis
permusuhan dilakukan oleh Jin ke atas manusia yaitu:
a.
Dalam Kejahatan (As-Suu’): yaitu gemar membuat
dosa-dosa dan maksiat hati dan segala anggota tubuh.
b.
Kekejian (Al-Fahsyaa ‘): yaitu kejahatan yang
lebih buruk dan jahat. Kekejian ini adalah bagian dari hal yang membawa kepada
kedurhakaan dan maksiat kepada Allah.
c.
Dalam kebohongan dan menipu Allah dalam
perbuatan, kata dan nawaitu.
9. Khadam
Khadam adalah pembantu atau suruhan yang akan
membantu tuannya apabila di minta. Khadam terbagi atas dua golongan, yaitu:
a.
Khadam Asal
Khadam asal adalah terdiri dari rohani Malaikat
dan Jin Islam peringkat tinggi yang nama mereka adalah nama malaikat. Ia tidak
meminta syarat apapun kepada tuannya. Khadam jenis ini diharuskan oleh syarak.
b.
Khadam Bersyarat
Khadam jenis ini adalah terdiri dari Jin alam
rendah terdiri dari Jin Islam atau Jin kafir. Golongan ini datang ke tuannya
dengan perjanjian dan beberapa syarat khusus dan umum, baik yang bertepatan
dengan hukum syariah atau yang diharamkan oleh syarak. Khadam jenis ini
diharamkan oleh Islam.
Khadam bersyarat ini akan datang menolong
melalui salah satu cara berikut:
1)
Dampingan Luar
Khadam ini akan mendampingi dan menolong tuannya
melalui eksternal saja, yaitu hanya dalam perbuatan, ucapan atau qasad hati.
2)
Dampingan Internal
Khadam jenis ini juga dikenal sebagai Tanasakhul
aruah atau penjelmaan khadam atau Jin dalam diri seseorang (menurun) dengan
menamakan diri mereka, saat menurun dengan nama-nama tertentu seperti Nabi
Khidhir, Panglima Hitam, Wali Songo dan sebagainya.
Jin yang meresap dalam cara ini memungkinkan
orang yang diresapi itu menunjukkan keajaiban dan hal-hal yang luar biasa
seperti berbicara dalam bahasa Jawa, Arab, Inggris dan sebagainya, padahal
sebelumnya orang tersebut tidak mengetahui sedikit pun bahasa-bahasa tersebut.
10. Kehidupan Jin
a.
Pemerintah-Pemerintah Jin
Jin juga memiliki pemimpin dan kerajaannya yang
tersendiri. Raja Jin alam bawah yang kafir adalah seperti Mazhab, Marrah,
Ahmar, Burkhan, Syamhurash, Zubai’ah dan Maimon. Empat raja Jin Ifrit (Jin yang
paling jahat) yang memiliki pemerintah besar yang menjadi menteri pada Nabi
Allah Sulaiman as adalah Thamrith, Munaliq, Hadlabaajin dan Shughal.
Sedangkan Raja Jin Alam atas yang Islam adalah
Rukiyaail, Jibriyaail, Samsamaail, Mikiyaail, Sarifiyaail, ‘Ainyaail dan
Kasfiyaail. Raja Jin yang menguasai Teman Jin tersebut bernama THOTHAMGHI YAM
YA LI. Sedangkan Malaikat yang mengontrol seluruh Jin-Jin di atas bernama
Maithotorun yang bergelar QUTBUL Jalalah.
Anak-anak Iblis juga memiliki pemerintah yang
besar antaranya:
1)
Thubar merasuk manusia yang di timpa musibah dan
bala.
2)
Daasim merasuk manusia untuk menceraikan ikatan
silatulrahim, rumah tangga, keluarga, sahabat handai, jemaah dan sebagainya.
3)
Al-’Awar merasuk manusia untuk meruntuhkan
akhlak, berzina, minum arak, berjudi dan sebagainya.
4)
Zalanbuur merasuk manusia dengan api permusuhan
dan pembunuhan.
11. Agama dan
Suku-suku Jin
Jin Juga seperti manusia, yaitu ada yang baik,
ada yang jahat, ada yang saleh, ada yang tidak saleh, ada yang alim lagi
mukmim, ada ada yang kufur, ada yang murtad, fasik dan zalim, ada yang masuk
surga dan ada yang disiksa oleh Allah ke neraka di akhirat.
Mayoritas suku-suku Jin terdiri dari golongan
Jin kafir. Golongan Jin kafir ini kebanyakanya beragama Yahudi, Kristen,
Komunis dan sangat sedikit dari mereka yang beragama Buddha dan Majusi. Ada
juga golongan Jin yang tidak beragama. Golongan Jin yang memeluk Islam hanyalah
sedikit dan terdiri dari kaum minoritas jika di bandingkan dengan keseluruhan
jumlah Jin.
Seperti juga manusia biasa, Jin juga mempunyai
tingkat-tingkat iman, ilmu dan praktik tertentu yang berdasarkan iman dan amal
mereka kepada Allah. Walaupun Jin Islam yang paling tinggi imannya dan paling
saleh amalannya serta paling luas serta banyak ilmunya, tetapi masih ada pada
diri mereka sifat-sifat madzmumah seperti menyombongkan diri, riak dan
sebagainya, tetapi mereka mudah menerima teguran dan pengajaran.
Mungkin inilah yang sering dikatakan bahwa
“sebaik-baik Jin itu adalah sejahat-jahat manusia yang fasik.” Tetapi
perbedaannya manusia yang paling jahat susah menerima pengajaran dan teguran
yang baik.
Golongan Jin Islam yang umum dan Jin kafir suka
merasuk manusia yang awam dengan berbagai cara, karena pada pandangan mereka
manusia-manusia yang umum itu bukanlah manusia sebenarnya, sebaliknya adalah
rupa seekor binatang. Manusia yang Khawas dan Khawasil-Khawas tidak dapat di
rasuk oleh Jin, bahkan Jin pula akan datang kepada mereka untuk bersahabat.
D.
Tujuan Jin Diciptakan
Allah
berfirman: "Turunlah kamu sekalian, sebagian kamu menjadi musuh bagi
sebagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat
mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan". (QS.
7:24)
Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku. (QS. 51:56)
Allah
swt. menciptakan alam semesta dengan segala isinya tidak sia-sia, namun punya
tujuan dan hikmah.
ٱلَّذِينَ
يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًۭا وَقُعُودًۭا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ
فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًۭا
سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
(yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran
3:191)
Setiap
mahluk yang diciptakan-Nya memiliki keunikan masing-masing,
termasuk di dalamnya manusia dan jin yang memiliki persamaan dan perbedaan yang
merupakan bagian dari keunikan kreasi Allah Tuhan Yang Maha Agung.
E.
Perbedaan dan Persamaan Jin dengan Manusia sebagai
Makhluk Allah
1. Perbedaan
Jin
dengan Manusia sebagai Makhluk Allah
a.
Fisik jin tidak bisa dilihat manusia. “…
Sesungguhnya ia (iblis/jin) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu
tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami telah menjadikan
syaitan-syaitan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Al-A’raf 7
: 27)
Berdasarkan ayat
ini, imam Syafi’i berpendapat, “Kufur, orang yang mengaku pernah melihat jin”.
Jadi, bentuk jin yang sesungguhnya tidak akan pernah bisa dilihat oleh siapapun
kecuali oleh para nabi yang diberi mukjizat seperti Sulaiman a.s. Namun
sejumlah riwayat menerangkan, kadang-kadang jin menampakkan diri dalam bentuk
binatang, misalnya anjing, ular, dll. Jadi, kalau ada yang mengaku pernah
melihat jin, sesungguhnya yang dilihat itu bukanlah rupa/bentuk aslinya.
b.
Jin berumur lebih panjang. Iblis (jin yang
durhaka kepada Allah) pernah minta umur yang panjang hingga kiamat, Allah swt
mengabulkan permohonannya. “Iblis berkata: Beri tangguhlah saya sampai waktu
mereka (manusia) dibangkitkan.” Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk
yamg diberi tangguh.” (QS. Al-A’raf 7:14-15) Merujuk pada ayat ini, sejumlah
ahli tafsir berpendapat bahwa usia jin akan lebih panjang dibandingkan manusia.
Kalau kita cermati persamaan dan perbedaan antara jin dan manusia, ternyata
persamaannya lebih banyak. Jadi, cukup logis kalau diantara manusia ada yang
minta pertolongan kepada jin. “Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di
antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin,
maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Q.S.Al-Jin 72 : 6)
Ayat ini dengan tegas menyebutkan siapa yang meminta pertolongan kepada jin,
maka jin-jin itu menambah dosa dan kesalahan. Jadi hukumnya haram ninta tolong
atau bekerja sama dengan jin walaupun untuk kebaikan.
2. Persamaan
Jin
dengan Manusia sebagai Makhluk Allah
1)
Diciptakan untuk beribadah kepada-Nya “Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(Q.S.Adz-Dzaariyat 51 : 56)
2)
Memiliki kemampuan berpikir. Suatu waktu
Rasulullah saw. sedang membaca Al Qur’an, lalu datanglah selekompok jin
mendengarkannya. Selesai menyimak, para jin itu dapat mengambil kesimpulan.
“Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Qur’an yang menakjubkan, (yang)
memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami
sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan kami.”
(Q.S.Al-Jin 72 : 1-2) Para jin mampu menyimpulkan apa yang telah didengarnya,
ini menunjukkan bahwa mereka berpikir. Tanpa kemampuan berpikir, tidak mungkin
bisa mengambil kesimpulan.
3)
Ada yang shaleh dan ada pula yang kufur sama
halnya dengan manusia, jin ada yang shaleh ada pula yang kufur, ada yang taat
dan ada juga yang membangkang. “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang
yang shaleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian. Adalah kami menempuh
jalan yang berbeda-beda.” (Q.S.Al-Jin 72 : 11)
4)
Mendapatkan imbalan dan sanksi Konsekuensi
kesalehan adalah imbalan (sorga) dan akibat pembangkangan adalah sanksi
(neraka). Jin ada yang masuk neraka ada pula yang masuk sorga, sama seperti
manusia. “Adapun yang menyimpang dari kebenaran, mereka menjadi kayu api bagi
neraka Jahannam. Dan jika mereka tetap berjalan lurus di atas jalan Islam,
benar-benar kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang
banyak).” (Q.S.Al-Jin 72 : 15-16)
5)
Berjenis kelamin (gender) Pada alam manusia
dikenal jenis kelamin laki-laki dan perempuan (gender), ternyata dalam dunia
jin pun dikenal gender tersebut. “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki
di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin,
maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Q.S.Al-Jin 72 : 6)
Secara eksplisit ayat ini menyebutkan jenis kelamin jin yaitu laki-laki. Kalau
ada jin laki-laki, berarti ada jin perempuan.
6)
Berketurunan Apabila jin itu mengenal gender
(jenis kelamin), maka logis kalau ada ayat yang menjelaskan bahwa mereka itu
berketurunan. “Patutkah kamu mengambil iblis (jin yang durhaka) dan
keturunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu?
Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim.”
(Q.S.Al-Kahfi 18 : 50) Kata “dan keturunannya”, mencerminkan bahwa jin
berketurunan seperti manusia.
F. Cara Manusia
Berinteraksi dengan Jin
Berkata
'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan
membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu;
sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".
(QS. 27:39)
Berkatalah
seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab [1098]: "Aku akan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman
melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini
termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari
(akan ni'mat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka
sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (QS. 27:40)
[1098]. Al Kitab di sini maksudnya: ialah Kitab yang diturunkan sebelum Nabi Sulaiman ialah Taurat dan Zabur.
Dan
bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta
perlindungan(1524) kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu
menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.
[1524]
Ada di antara orang-orang Arab bila mereka melintasi tempat yang sunyi, maka
mereka minta perlindungan kepada jin yang mereka anggap kuasa di tempat itu.
(QS. 72:6)
Dan Kami (tundukkan) angin bagi
Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan
perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) [1236]
dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang
bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa
yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya
azab neraka yang apinya menyala-nyala.
[1236] Maksudnya bila Sulaiman mengadakan
perjalanan dari pagi sampai tengah hari maka jarak yang ditempuhnya sama dengan
jarak perjalanan unta yang cepat dalam sebulan. Begitu pula bila ia mengadakan
perjalanan dari tengah hari sampai sore, maka kecepatannya sama dengan
perjalanan sebulan. (QS. 34:12)
Para
jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang
tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan
periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk
bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima
kasih. (QS. 34:13)
Sebenarnya manusia tidak dapat melihat jin dalam
bentuk yang asli karena Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ
كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا
لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ
تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ
يُؤْمِنُونَ
“Wahai
anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan, sebagaimana ia
telah mengeluarkan kedua ibu-bapakmu dari surga; ia menanggalkan pakaiannya
dari keduanya untuk memperlihatkan–kepada keduanya–‘auratnya. Sesungguhnya, ia
(iblis/setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang (di
sana) kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya, Kami telah menjadikan
setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.”
(Qs. Al-A’raf:27)
1.
Melihat Jin
Firman Allah subhanahu wa ta’ala pada ayat ini, “Sesungguhnya,
ia (iblis/setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang
(di sana) kamu tidak bisa melihat mereka,” menunjukkan bahwa manusia tidak
dapat melihat jin, yaitu pada bentuk mereka yang asli.
Ketika menjelaskan hadis Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu
yang menangkap setan, Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Setan terkadang
menjelma dengan berbagai bentuk sehingga memungkinkan (bagi manusia) untuk
melihatnya. Firman Allah ta’ala, ‘Sesungguhnya, ia (iblis/setan) dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang (di sana) kamu tidak
bisa melihat mereka,’ dikhususkan pada kondisi bentuknya (yang asli) yang Allah
telah ciptakan.” (Fathul Bari, penjelasan hadis no. 2311)
Pada prinsipnya Jin tidak dapat di lihat, di
sentuh dan di dengar oleh manusia dalam bentuk yang asal sebagaimana saat
diciptakan, kecuali dalam kondisi-kondisi tertentu, Jin dapat di lihat dalam
bentuk rupa yang diingininya.
Jin juga bisa di lihat oleh manusia dalam
keadaan dibuka mata batinnya atau ketika meminum air yang sudah dido’akan atau
kemauan Jin itu sendiri untuk memperlihatkan dirinya kepada manusia.
Di dunia semua Jin dapat melihat manusia
sedangkan manusia yang Khawas dan Khawasil-Khawas saja yang dapat melihat Jin
selain para Nabi dan Rasul. Sedangkan di akhirat semua manusia mukmin yang ahli
surga dapat melihat Jin sedangkan Jin yang Khawas dan Khawasil-Khawas saja yang
dapat melihat manusia.
Adapun kelebihan Jin yang telah diberikan oleh
Allah adalah kemampuannya untuk mengubah dirinya dalam berbagai bentuk.
Misalnya dalam perang Badar, Iblis telah menampakkan dirinya dalam bentuk
seorang lelaki dari Bani Mudlij dan setan juga dalam rupa Suraqah bin Malik
yang datang membantu tentara musrikin memerangi tentara Islam. (Iblis dan setan
adalah juga merupakan bagian dari golongan Jin).
Dalam Sahih Bukhari juga ada meriwayatkan bahwa
adanya Jin yang menampakkan dirinya dalam bentuk ular dan membunuh seorang
pemuda yang mencoba membunuh ular tersebut. Selain itu Jin juga bisa
menampakkan dirinya dalam bentuk rupa hewan lain seperti bentuk rupa kucing,
anjing dan sebagainya.
2.
Bersahabat dengan Jin
Banyak di kalangan orang-orang Indonesia yang
bersahabat dan menjadikan Jin sebagai pembantu dan Khadam mereka untuk membantu
mereka melaksanakan tugas-tugas tertentu. Misalnya seperti dukun, pesulap,
pengobatan alternatif dan sebagainya.
Namun tidak semua kaum di atas yang menggunakan
Jin dalam kerja harian mereka. Ada juga golongan tersebut yang benar-benar
memiliki keterampilan alami tanpa pertolongan dari Jin.
Singkatnya kita sebagai seorang Islam yang
bersahabat dengan para Jin Islam maupun Jin kafir akan lebih banyak mendapatkan
keburukannya dibanding kebaikan yang akan kita peroleh. Jin akan selalu merasuk
dan mendorong manusia supaya melakukan kejahatan dan maksiat tanpa kita sadari.
3.
Masuknya Jin Kedalam Tubuh Manusia
Jin bisa merasuk dan masuk ke dalam diri manusia
dengan berbagai cara dan manusia yang mengunakan layanan Jin untuk melakukan
pengkhianatan kepada manusia lain pun melalui berbagai cara.
Sebagaimana sebuah hadis Rasulullah saw yang
telah diriwayatkan oleh Sayidah Syafiyyah binti Huyay, bahwa Rasulullah pernah
bersabda yang maksudnya: “Sesungguhnya setan (Jin) itu berjalan dalam tubuh
anak Adam sebagaimana darah yang mengalir dalam tubuhnya”.
Dari hadis di atas jelaslah bahwa Jin dapat
masuk kedalam tubuh manusia dan berjalan melalui urat nadi dan darah manusia.
Jin dapat berjalan dalam tubuh manusia seperti arus listrik yang mengalir dalam
kabel. Jin juga dapat menguasai manusia sehingga ia dapat menyebabkan
perkelahian antar sesama manusia, manusia hilang ingatan, hilang kesadaran dan
lain-lain lagi.
Jin bisa merasuki tubuh manusia baik diminta
sendiri oleh manusia atau tanpa di sadari oleh manusia itu sendiri. Jin
mendampingi dan merasuki manusia melalui salah satu cara berikut.
Diantaranya melalui Khadam atau manusia itu
sendiri yang menjadikan Jin sebagai sahabatnya.
a.
Melalui “saka Baka”.
b.
Melalui Mantra-mantra yang di lakukan oleh
manusia lain.
c.
Karena manusia itu sendiri lupa terhadap Allah
atau melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah, berarti mendekatkan diri untuk
diperdaya oleh jin dan syaithan.
d.
Melakukan kejahatan terhadap Jin, seperti
menjatuhkan benda berat ditempat yang ada Jinnya,tanpa menyebut nama Allah
sehingga menyebabkan kematian anak Jin.
e.
Karena ada Jin laki-laki yang jatuh cinta kepada
perempuan yang suka bersolek atau perempuan yang suka keluar rumah untuk
memperlihatkan kecantikannya dan tidak memakai kerudung serta suka menunjukkan
auratnya.
f.
Membaca jampi-jampi, doa atau ayat-ayat tertentu
yang dapat mendatangkan Jin.
Apabila Jin telah merasuki raga manusia,
walaupun dengan cara apapun Jin tersebut akan mendiami salahsatu dari tempat
berikut di anggota tubuh manusia. (mekipun sebenarnya mereka bebas bergerak
kemanapun dalam raga manusia) Diantara tempat-tempat tersebut adalah:
1)
Mereka berkumpul di mata kanan dan kiri. Oleh
sebabitu jika seseorang telah dirasuki Jin didalam badan mereka, mereka tidak
akan berani berhadapan mata dengan orang lain.
2)
Berada di telinga kanan dan kiri, oleh karena
itu manusia yang telah dirasuki Jin tidak suka mendengar nasehat dan teguran
yang baik dan sangat suka mendengar hal-hal maksiat seperti musik yang
melalaikan dan sebagainya.
3)
Berada di mulut manusia, oleh sebab itu manusia
yang telah dirasuki Jin sangat suka berbicara hal-hal yang tidak berguna dan
mendatangkan dosa seperti mengumpat, mencela, menghina manusia lainnya dan
sebagainya.
4)
Berada di hidung manusia, sehingga menyebabkan
manusia suka menghirup hal-hal yang tidak tidak dan dapat merusak diri manusia
sendiri.
5)
Berada dipusar, sehingga menyebabkan orang
tersebut selalu mengalami sakit perut dan berbagai penyakit yang tidak dapat
dideteksi oleh dokter.
6)
Berada di kemaluan manusia, sehingga menyebabkan
manusia suka melakukan hal-hal maksiat seperti berzina dan sebagainya.
Manusia
yang selamat dari ganguaan Jin, Iblis dan setan adalah manusia yang selalu
berada dalam Tauhid dan jalan Allah, melalui lidah, anggota badan dan hati,
mereka juga berakhlak seperti akhlak Rasulullah serta rajin beramal dan
menjalankan syariat Islam.
Jalan
terdekat untuk berada dalam tauhid Allah adalah dengan kita mengambil contoh
perbuatan dan akhlak orang-orang yang berada dalam tauhid Allah, seperti Nabi
Muhammad, sahabat-sahabat beliau, para ulama dan sebagainya.
Dengan
mengikuti segala ajaran yang telah di ajarkan oleh rasulullah, melaksanakan
semua perintah Allah dan menjauhi larangannya kita akan aman dari gangguan para
Jin, Iblis, setan atau sejenisnya, seperti kata para Ulama: “Kun Ma’Allah fain
lam Takun ma’Allah, fakun ma’a man ma’Allah fainnahu yusiluka illallaah”.
Maksudnya
adalah:“Hendaklah jadikan diri kamu bersama Allah, maka jika kamu tidak dapat
menjadikan diri kamu bersama Allah hendaklah kamu jadikan diri kamu bersama
dengan mereka yang telah beserta dengan Allah, maka sesungguhnya yang demikian
itu akan menyampaikan diri kamu kepada Allah.”
G.
Cara
Menghindari Gangguan Jin
1.
Mohon
Perlindungan kepada Allah
Allah berfirman, “Dan jika setan mengganggumu
dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya
Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf:200).
Selain itu, Adi Bin Tsabit meriwayatkan dari
Sulaiman bin Shard, katanya, “Sungguh aku tahu ada kalimat sekiranya seseorang
mengucapkannya, niscaya sirna sesuatu yang menggelisahkannya. Jika seseorang
mengucapkan Ta’awudz.
2.
Membaca Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas
Kedua surat tersebut memang memiliki pengaruh
yang dahsyat terhadap kejahatan dan gangguan setan. Diriwayatkan bahwa
Rasulullah selalu membacanya setiap malam saat akan tidur.
3.
Membaca Ayat Kursi
Mungkin anda ingat pada kisah yang diriwayatkan
oleh Abu Hanifah saat beliau menjaga tugas tempat penyimpanan zakat Ramadhan.
Ada pencuri yang mencuri ke gudang tersebut tiga malam beturut-turut. Pada
malam pertama dan kedua, karena kasihan Abu Hurairah melepaskannya. Tapi pada
malam ketiga Abu Hurairah bersikeras tak akan melepaskannya walaupun si pencuri
memohon-mohon. Abu Hurairah berniat menghadapkan si pencuri pada Rasulullah.
Tapi akhirnya Abu Hurairah melepaskannya juga karena si pencuri mengajari Abu
Hurairah ayat Kursi. Belakangan diketahui bahwa si pencuri adalah setan yang
menyamar.
Khasiat Ayat Kursi memang luar biasa.
Disebutkan, bila ayat Kursi dibaca saat akan tidur, maka orang tersebut akan
senantiasa dijaga oleh penjaga dari Allah dan tak akan didekati setan sampai
pagi.
4.
Membaca Surat Al-Baqarah
Rasulullah pernah bersabda, “Janganlah kalian
menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya rumah yang
didalamnya surat Al-Baqarah dibaca tidak dimasuki setan.”
5.
Membaca Akhir Surat Al-Baqarah
Rasulullah pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah
menulis satu kitab 2000 tahun sebelum menciptakan mahluk. Dia menurunkan
darinya dua ayat yang dijadikan-Nya sebagai penutup surat Al-Baqarah. Tidaklah
keduanya dibaca dalam suatu rumah tiga malam (berturut-turut) lantas setan
menetap disana.”
6.
Membaca Tiga Ayat Pertama Surat Al-Mukmin dan
Ayat Kursi
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa membaca tiga
ayat pertama surat Al-Mukmin dan ayat Kursi di pagi hari, niscaya dia dijaga
dengannya sampai sore. Dan barangsiapa membacanya disore hari, niscaya dia
dijaga dengannya sampai pagi.”
7.
Membaca bacaan berikut:
LAAILAAHAILLALLAAHU WAHDAHULAA SYARIIKALAH.
LAHULMULKU WA LAHULHAMDU WAHUWA ‘ALAKULLI SYAIINKODIIR.
Bacaan tersebut dibaca 100 kali sehari, maka
faedahnya adalah memerdekakan 10 budak, ditulis bagi pembacanya 100 kebaikan,
dihapus darinya sepuluh keburukan, dan dia mendapatkan penjagaan dari setan
sehari itu sampai sore.
8.
Wudhu dan Shalat
Kedua hal tersebut merupakan perkara terbesar
untuk membentengi diri dari setan, terutama saat diliputi amarah dan syahwat.
Maka bila seseorang sedang bergejolak kemarahannya, berwudhulah dan shalatlah,
maka kemarahan tersebut akan mereda.
9.
Tidak Berlebihan dalam Pandangan, Bicara, Makan,
dan Bergaul.
Seringkali setan dapat menguasai seorang manusia
dari keempat pintu tersebut.
a)
Pandangan merupakan pangkal fitnah, berlebihan
dalam memandang dapat menimbulkan angan2, sibuk dengannya dan memikirkan cara
untuk mendapatkannya.
b)
Berlebihan dalam berbicara juga membuka semua
pintu kejahatan bagi setan.Pada sebuah Hadits diceritakan bahwa manusia bisa
diseret ke dalam neraka hanya karena buah ucapan mereka sendiri.
c)
Berlebihan makan mendorong berbagai kejahatan.
Perut kenyang memberikan kekuatan pada tubuh untuk berbuat maksiat dan
memberatkan untuk berbuat baik. Banyak sudah kemaksiatan yang disebabkan perut
terlalu kenyang, dan banyak pula ketaatan yang tidak bisa dikerjakan karena
rasa malas yang ditimbulkan perut yang kenyang.
d)
Berlebihan dalam bergaul dapat menghilangkan
nikmat adan menebarkan permusuhan, rasa dengki, iri, dan berbagai penyakit hati
lainnya.
10.
Memperbanyak Dzikir pada Allah SWT
Nabi telah menyampaikan lewat Hadits bahwa
seorang hamba hanya bisa menjaga hatinya dari godaan setan dengan berdzikir
pada Allah. Jika seorang hamba mengingat Allah, maka setan akan menjauh dan
begitu pula sebaliknya.
H.
Sikap Manusia dalam Menyikapi adanya Jin
Sebagai mukmin kita harus mengikuti
rambu-rambu yang diperintahkan oleh Allah dalam Al Quran. Dalam surat
Al-Baqarah ayat 1-5, Allah SWT menjelaskan, termasuk ciri orang muttaqin adalah
beriman pada alam ghaib. Tapi kita tidak boleh berbicara atau mengulas apapun
yang berkaitan dengan alam ghaib ini, kecuali yang sesuai dengan Al Quran dan
hadits.
Dan kalau kita tahu di rumah kita ada jin, sebaiknya
kita memberi salam waktu kita masuk kamar tidur, “Assalamu’alaikum yaa
ibadilahi sholihin.” dengan harapan jin yang tidak sholih-sholehah segera pergi
dan tinggal yang sholeh saja. Salam adalah do’a, siapa tahu kita juga dido’akan
oleh jin yang berada di rumah kita, yang menjaga kita dan melawan jin lain atau
kafir yang coba menghambat rezeki kita lancar.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Bahwasannya
Agama Islam itu sudah menjelaskan bahwa Jin itu ada dan keberadaannya ada
ditengah-tengah kita, banyaknya interaksi antara manusia dan jin untuk hal-hal
yang negatif saat ini sudah meresahkan mengingat banyaknya beban yang ada.
B.
SARAN
Dengan
lebih meningkatkan ibadah kita, kita akan terhindarkan dari bahaya akan tipu
daya dan gangguan Jin, dan semoga dengan adanya makalah ini kita dapat menambah
wawasan kita terhadap Jin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar